23.8.22

// gagal menjadi manusia //



'gagal menjadi manusia" kuselesaikan dalam perjalananku melintasi laut dengan menumpangi kapal pelni, menuju jakarta. buku ini habis kubaca dengan perasaan sedikit menyakitkan sekaligus kosong. barangkali karena si tokoh utama hampir tidak mengalami kesulitan hidup sedikit pun, kecuali konflik di dalam dirinya sendiri ketika harus memikirkan apakah perbuatannya baik atau buruk. yang justru karena hal tersebut dia selalu menyembunyikan diri.

hari-hari oba yozo dijalaninya dengan kegilasahan. kerumitan pemikiran dan bagaimana ia melihat manusia lain tak jarang menimbulkan ketakutan dan kebingungan tersendriri. segalanya berkecamuk, tidak biasa, sulit dipahami, dan jauh dari apa yang disebut kenormalan menurut masyarakat. oba yozo, mengatakan begini,

“bagiku kehidupan berkelompok itu mustahil. ditambah lagi mereka sering mengucapkan bualan-bualan semacam antusiasme jiwa muda dan kebanggan penerus bangsa. dibuat merinding aku tiap kali mendengarnya.”

yang saya sebut menyakitkan adalah bagaimana akhirnya saya menyadari bahwa nyatanya banyak oba yozo lain di luar sana. yakni manusia yang bingung dengan dirinya sendiri, terlena dengan kecemasan dan pikiran-pikiran yang sulit dipahami manusia lain, hingga membuat hidupnya berantakan. lantas, segalanya menjadi lebih rumit ketika sebuah ritme kehidupan berjalan dengan tempo yang cepat. misal, kehidupan di kota besar.

lebih daripada itu, saya menemukan sebuah pengingat melalui kegelisahan yang dituturkan dazai osamu bahwa manusia itu banyak menipu dan berpura-pura. bahkan untuk sekadar membentuk kehidupan sosial pun manusia tak sungkan untuk melabeli diri dengan "tidak menjadi diri sendiri", hanya agar bisa diterima sebagai manusia normal. segalanya menjerumuskan, sulit diperbaiki, dan mungkinkah yang seperti itu membuat kita gagal menjadi manusia?

"sebelum ada yang menyadarinya, aku telah menjadi badut yang ulungseorang anak yang tidak pernah mengucapkan kejujuran dalam kata-katanya."

jika ditelisik dan dipahami lebih jauh, oba yozo adalah bentuk pesimis seorang manusia dalam memandang kehidupan; ketakutan ketika disayangi, ketidakpercayaan, hingga gambaran kekelaman dalam diri seseorang yang mempertanyakan tujuan hidup.

*.