di tahun kelima di mana corat-coret di toilet berdiam diri di tumpukan buku saya, maka dengan segala kelegaan akhirnya bisa kuselesaikan dengan sekali duduk. buku-buku eka kurniawan selalu menghadirkan kepuasan di akhir, dan jelas saja beberapa bukunya yang sempat saya baca tidak pernah mengecewakan. namun, lain halnya dengan yang satu ini; corat-coret di toilet terasa tidak istimewa seperti halnya yang lain. semacam ada perasaan yang kurang ketika selesai membaca beberapa cerita yang ada di buku ini. tentu saja, saya tidak ingin membahas yang tidak saya sukai. saya lebih bersemangat untuk hal-hal yang saya sukai saja, di antaranya peter pan, corat-coret di toilet, dan siapa kirim aku bunga?.
peter pan, adalah salah satu contoh dari banyaknya aktivis yang sengaja dihilangkan pada masa orde baru, jejak dari meraka bahkan tidak ditemukan sama sekali. mulanya 'peter pan' adalah seorang mahasiswa yang tak lulus-lulus, dan kerap mencuri buku demi membiayai aksi demonstrasinya agar menarik perhatian pemerintah yang berkuasa pada masa itu. ending-nya cukup menyedihkan.
"penjahat besar yang keji, bengis, kotor, dan bau neraka memang susah dikalahkan dan susah mati."
corat-coret di toilet, berkisah tentang toilet yang menjadi tempat pembuangan, tidak hanya masalah dari perut tetapi juga segala kegelisahan dari kepala. dalam cerita ini, sebuah dinding toilet umum menjadi tempat saling berbalas komentar bagi siapa saja yang tanpa sengaja menggunakan toilet. corat-coret di dinding toilet berisi revolusi yang gagal dan aspirasi yang tidak didengarkan oleh pemerintah. ada bagian yang sangat menjijikkan, ketika seorang pengguna toilet yang telah membuang hajat dan kemudian pergi begitu saja tanpa membersihkannya. hal tersebut sama dengan keadaan pemerintahan saat ini yang kebanyakan hanya berjanji dan kerap mengabaikan rakyat kecil. kisah corat-coret di toilet ini, bagi saya terasa lucu. namun, tepat sasaran.
"jangan memprovokasi! revolusi tak menyelesaikan masalah. bangsa kita mencintai kedamaian. mari melakukan perubahan secara bertahap."
siapa kirim aku bunga? merupakan kisah cinta yang menyedihkan dan berakhir mengejutkan. itulah alasan mengapa saya menyukai cerita yang satu ini. bermula dari kiriman bunga secara misterius yang terus menerus datang tanpa nama pengirim. berlatar di hindia-belanda akhir abad 20, adalah seorang kontrolir henri yang jatuh cinta kepada gadis pribumi penjual bunga yang juga merupakan pengirim bunga misterius tersebut. kisah cintanya harus kandas karena sebuah alasan tak terduga. kemudian henri memutuskan pulang ke belanda dengan hati yang patah. hingga akhirnya ia divonis skizofrenia.
tak ada kisah yang sia-sia pada buku ini. semuanya memiliki pesan moral tentang kehidupan. oiya, saya hampir lupa satu cerita, yaitu kandang babi, berkisah tentang seorang mahasiswa yang tinggal di kandang babi (karena tidak memiliki biaya untuk tempat yang layak), hobi berjudi, dan bermimpi, bahkan kuliah saja tidak selesai. meskipun pada akhirnya ia memiliki uang dan bisa menyewa kosan untuk tempat yang lebih baik, akan tetapi ia enggan pindah dari kandang babi tersebut. saya rasa, kisah mahasiswa ini sama dengan kisah orang-orang yang sulit keluar dari zona nyaman.
sejujurnya, bagi saya, tulisan eka kurniawan di buku ini tidak sebagus dengan tulisannya di buku yang lain. terasa kurang greget, tapi tetap saja eka kurnawan memang lihai menulis berbagai isu sosial, politik, cinta, dan berbagai kejadian-kejadian yang kerap terjadi di sekitar kita.
*.