7.3.20

// layla majnun //


siapa yang tak mengenal layla majnun? sepertinya hampir sebagian besar penduduk di bumi mengetahui segila apa cinta qays kepada layla yang membuatnya benar-benar menjadi gila. karena kegilaannya itu, maka nama qays berubah menjadi majnun yang berarti "gila".


cinta yang dirasakan keduanya seperti sebongkah hasrat yang tak tersalurkan, seperti keinginan yang terlalu menggebu, seperti bulan dan matahari yang tak bisa bertemu meski selalu berdekatan. sebuah kenyataan yang tak bisa menyatukan keduanya, membuat qays dan layla begitu merindukan kebersamaan.

segala cara telah dilakukan qays untuk bisa bersama layla. akan tetapi, lagi-lagi keegoisan menjadi mahkota bagi keluarga layla yang menghancurkan harapan qays sehingga membuatnya menjadi semakin gila. ia tak lagi mengenal dirinya sendirinya, ia meninggalkan keluarganya, ia memilih berjalan dan berjalan ke sebuah kesunyian yang perlahan membunuhnya, dan juga membunuh orang-orang di sekitarnya. dalam kegilaannya, qays menulis banyak syair yang ditujukan untuk layla.

dalam syairnya, qays juga menulis puja dan puji kepada sang pencipta, kepada cintanya, dan kepada segala keinginan yang tak bisa ia miliki. lantas, melalui kisah ini saya dibuat merenung, bahwa seperti inikah cinta yang sifatnya duniawi? kenapa qays membuang waktunya hanya karena ia tak bisa bersama layla. seperti apakah sosok layla di mata qays? sesempurna itukah ciptaan tuhan melalui sosok layla yang begitu dipuja-puja?

ketika merenungi apa yang bisa saya tulis tentang layla majnun, saya sedikit disentil dengan sebuah pemahaman bahwa Tuhan digambarkan melalui sosok layla. bahwa qays dengan berbekal cinta kepada layla, membuatnya tak takut apapun, meski harus mati. sebuah pelajaran berharga bahwa dengan mencintai dan memercayai Tuhan, maka kesengsaraan apapun akan sanggup kita hadapi. akhirnya, melalui kegilaan qays pula saya menyadari bahwa cinta qays kepada layla bukanlah bersifat duniawi. cinta qays kepada layla adalah cinta kepada sang pencipta.

kita tidak bisa melihat cinta hanya dari satu sisi saja. banyak cinta yang bisa dirasakan dan dengan cara yang berbeda-beda pula kita akan menemukan cinta yang sebenar-benarnya cinta. saya pikir kita semua bisa menjadi majnun, sebenar-benarnya cinta akan datang jika kita melapas segala keegoisan dan berserah hanya kepada-Nya.

oh, saya juga ingin mengakui bahwa membaca buku ini menghadirkan kenikmatan. kalimat-kalimat yang melankolis dan puitis mampu membuatmu tidak bisa berhenti membaca.

*.