di sebuah peternakan, sang babi tua yang dijuluki major adalah visioner. ia memiliki mimpi bahwa semua binatang yang ada di peternakan tempat ia berada harus hidup bebas tanpa aturan manusia. katanya manusia itu serakah, manusia itu jahat, dan manusia itu menindas. maka ia pun menggerakkan bintanag lainnya untuk bersatu melawan sang pemilik peternakan. menggulingkan sang penindas!
dengan rencana yang matang dan strategi yang kuat maka sang major dan semua binatang berhasil menggulingkan sang pemilik. tetapi, seperti tak habis perkara setelah tertindas, begitu kekuasaan berpindah tangan, kawanan binatang pun kembali menemui masalah. nyatanya, mengurus peternakan tak semudah yang dibayangkan. masalah kepemimpinan menjadi faktor yang tak bisa terhindarkan.
perpecahan antar kawanan pun terjadi ketika kedua babi yang telah menang atas sang pemilik peternakan terlibat perselisihan; saling curiga, dan beberapa aturan yang telah disepakati pun dilanggar. semua itu tidak lain didasari oleh perebutan kekuasaan.
barangkali buku ini adalah contoh satir bahwa hal-hal semacam itu juga kerap terjadi pada dunia manusia. bahwa secara keseluruhan, animal farm seperti mewakili kehidupan kita saat ini. jika melihat hingga ke bagian dalam, bisa dikatakan bahwa buku ini mengkritik kehidupan politik. meski demikian, membacanya tidaklah memusingkan dan juga tidak membuat dahi mengkerut. namun, terasa lezat, cepat, dan seolah tak ingin berhenti.
"makhluk-makhluk di luar memandang dari babi ke manusia, dan dari manusia ke babi lagi; tetapi mustahil mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya."
dari kutipan di atas, setidaknya kita bisa merasa bahwa seharusnya manusia dan binatang memiliki perbedaan yang sangat mendasar. yaitu akal dan pikiran. tetapi, nyatanya, terkadang manusia juga bertindak seperti binatang; saling memanusiakan manusia kerap diacuhkan. jika sudah seperti itu, apakah naluri binatangisme yang mengambil peran?
*.