cinta tak ada mati adalah buku kesekian dari eka kurniawan yang melengkapi koleksi saya. sejak membaca cantik itu luka bertahun lalu saya menjadi ketagihan untuk membaca tulisannya di buku yang lain. dan buku yang terbit 2018 ini berisi tiga belas cerita pendek yang ditulis dengan sungguh luar biasa, khas eka kurniawan.
bukan eka kurniawan jika tidak menyuguhkan cerita yang canggih dan ending yang memukau sekaligus mengejutkan. dari tiga belas cerita yang ada di buku ini, tiga di antaranya adalah favorit saya, yaitu "kutukan dapur", "caronang", dan "tak ada yang gila di kota ini".
"kutukan dapur" adalah cerita yang ditulis dengan ringan dan berhasil membuat saya ingin terus membaca cerita yang lain. mengisahkan seorang perempuan yang berharap menemukan resep masakan baru untuk suaminya. akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu demi menemukan apa yang ia cari, si perempuan justru menemukan cebuah cerita atau sejarah seorang koki yang memiliki keterampilan memasak yang tidak biasa. akhirnya, terinspirasi dari cerita tentang koki tersebut sehingga ia pun berhasil menemukan ide untuk resep masakan barunya. endingnya tentu saja sangat mengejutkan.
menurut saya "caronang" dan "tak ada yang gila di kota ini" hampir memiliki kesamaan. meskipun cerita "caronang" tergolong fantasi (atau memang ada mitos seperti ini, idk) keduanya memiliki kekuatan di masing-masing cerita. namun, kesamaan yang bisa dilihat adalah keduanya mengandung kritik terhadap manusia.
"caronang" yaitu binatang liar yang akhirnya dipelihara dengan baik sehingga tingkah lakunya hampir menyerupai manusia, akan tetapi suatu hari si caronang malah menarik pelatuk sebuah pistol dan membunuh anak balita tuannya. tidak tinggal diam, dengan perasaan sakit hati, menyesal, dan dendam si tuan akhirnya membunuh si caronang. kritik maksud saya di sini adalah manusia kerap menyalahkan hal lain di saat mereka akhirnya menghadapi kenyataan yang tidak bisa mereka terima. padahal, sejak awal si tuan yang memutuskan memelihara si caronang dan memperlakukannya layaknya anak sendiri.
sementara itu, "tak ada yang gila di kota ini" menceritakan tentang sebuah wabah yang terjadi di sebuah kota yang mengakibatkan orang-orang menjadi gila kemudian diasingkan ke tengah hutan. kemudian orang-orang gila ini justru menimbulkan pemikiran gila bagi orang-orang waras dengan menjadikan mereka mata pencaharian baru yang tidak jauh dari hiburan berbau seks.
tentu saja, selera dari pembaca sangat berbeda-beda. dan salah satu cara menikmati tulisan eka kurniawan adalah dengan membeli kemudian membacanya sendiri, meluangkan waktu khusus agar bisa dicerna dengan baik, lantas merasakan sensasi yang hadir.
*.