22.9.18

// one day  //



dexter dan emma, emma dan dexter. mereka adalah gema sepasang langkah kaki yang mengisi ruang berpuluh tahun. tetapi keegoisan terlanjur menjadi mahkota dan keinginan yang terlampau buncah tak pernah surut dari kepala. hingga pada akhirnya, salah satu dari mereka harus memeluk nyeri di dada untuk sebuah kehilangan yang kekal.


tak ada yang tahu bahwa sebuah temu yang tak direncanakan akan menyimpan janji untuk kemudian dinantikan pada setiap juli. emma dan dexter tak pernah melewatkan tanggal yang sama demi berlembar-lembar surat berisi detak rindu yang kadang menggebu, kadang menghilang.

sebanyak musim pada tahun-tahun yang dilalui maka tak ada yang lebih membahagiakan bagi dexter selain mengayunkan langkah sejauh mungkin dan tak mengenal pulang. sementara, di antara jarak yang tak pernah surut, mimpi emma untuk sebuah masa depan telah dipenggal kegagalan. dan tentu saja, kekecewaan terburai dari ribuan langkah yang terjebak di sebuah ruangan beraroma gelisah sepanjang waktu. emma bersumpah demi apapun, dia hanya menginginkan hidup lebih baik.

hingga pada satu waktu, dexter tak lagi menemukan lengan-lengan yang kerap menawarkan hangat tawa. beribu langkah kaki yang saban hari teriring ambisi kini menjadi asing. sebuah rumah tempat pulang seolah hanya dongeng berfigura. bahkan, lengan dan pelukan seorang ibu telah terkubur begitu dalam. untuk pertama kali, akhirnya dexter merasakan kehilangan. emma dan dexter, dexter dan emma. ialah kisah yang kerap diwarnai berulang melalui beberapa pertemuan singkat demi sesinggung senyum untuk melumpuhkan rindu. namun, dexter terlanjur menyebalkan, atau menjadi menyebalkan. dan benar adanya, kehilangan bias mengubah seseorang.

"dexter aku sangat mencintaimu, amat sangat mencintaimu, dan mungkin aku akan terusmencintaimu. aku cuma tidak menyukaimu lagi. aku minta maaf." (hlm. 203)

perlahan dexter menanam harapan pada sebuah hati yang baru, membiarkan keputusasaan digerus janji untuk hidup bersama. hanya saja, dexter tak pernah tahu bahwa emma selalu di sana, menunggu. dexter berjanji bahwa selamanya dia akan baik-baik saja, menghadirkan bahagia yang dikira akan selamanya. hingga malam kembali menggigilkan dan luka ditorehkan oleh genggaman yang terlepas, dexter dan hati yang baru tak lagi memiliki nama.

pada akhirnya, untuk sebuah keyakinan di usia yang tak lagi muda maka tak ada yang lebih melegakan dibanding saling menyimpul luka untuk langkah kaki yang tak henti menoreh kisah paling pilu. mimpi emma untuk sebuah pagi yang akan mereka bagi bersama akhirnya menjelma nyata, lantas banyak pelukan berhasil mengusir kecemasan yang ratusan hari diam di sudut kepala. emma dan dexter, dexter dan emma berhasil berpijak di jalan yang sama; genggaman tangan, ayunan langkah, dan senyuman berwajah bunga hanya milik mereka. akan tetapi, takdir kerap menampar dengan latah, seperti kepergian yang terkadang tak mengenal rencana. dexter kembali dipeluk kehilangan, air matanya tumpah dengan mendung di kepala sebab di suatu sore yang basah emma pergi untuk selamanya.

barangkali, kebahagiaan menolak tinggal lebih lama.

kini, di tanggal yang sama dexter hanyalah seorang diri, tak ada lagi emma. dan untuk puluhan tahun yang dirasa cukup dengan berlembar-lembar surat, emma dan dexter, dexter dan emma, memiliki kisah tersendiri.

*.